Korupsi Chromebook Mencuat, Nadiem Klarifikasi: Laptop Bukan untuk Sekolah 3T!

JAKARTA, KOMPAS.com – Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim memberikan klarifikasi terkait pengadaan Chromebook pada masa jabatannya (2019-2024). Ia menegaskan bahwa program tersebut secara khusus dirancang untuk sekolah-sekolah di luar wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang memiliki akses internet.

“Saya ingin menggarisbawahi bahwa pengadaan laptop yang dilaksanakan selama masa jabatan saya tidak menargetkan daerah 3T. Sekolah yang berhak menerima laptop dari program ini adalah sekolah-sekolah yang sudah terkoneksi dengan internet,” ujar Nadiem dalam jumpa pers di Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025). Penegasan ini sekaligus menepis anggapan bahwa Chromebook diperuntukkan bagi sekolah tanpa akses internet.

Menurut Nadiem, keputusan pengadaan Chromebook telah melalui kajian mendalam dan komprehensif oleh Kemendikbudristek. Pertimbangan utama adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di era digital.

Baca juga: Soal Dugaan Korupsi Chromebook, Nadiem Makarim Angkat Bicara

Lebih lanjut, Nadiem menjelaskan bahwa selain Chromebook, Kemendikbudristek juga menyediakan modem wifi 3G dan proyektor. Hal ini bertujuan untuk memastikan sekolah penerima dapat memanfaatkan Chromebook secara optimal dengan dukungan koneksi internet yang memadai.

Pemilihan Chromebook sendiri didasarkan pada efisiensi anggaran. Nadiem mengungkapkan bahwa harga Chromebook lebih terjangkau, sekitar 10 hingga 30 persen lebih murah dibandingkan laptop dengan sistem operasi (OS) lain.

“Salah satu aspek krusial dari kajian kami adalah kemampuan kontrol terhadap aplikasi di Chromebook. Ini penting untuk melindungi siswa dan guru dari konten negatif seperti pornografi, judi online, dan game yang tidak sesuai,” imbuhnya.

Nadiem juga menjelaskan perbedaan program Chromebook dengan inisiatif lainnya. Sebelum masa jabatannya, memang sempat ada uji coba Chromebook di daerah 3T. Namun, selama kepemimpinannya, ia meluncurkan program Awan Penggerak yang secara khusus dirancang untuk membantu sekolah-sekolah di daerah 3T yang belum memiliki akses internet.

“Awan Penggerak adalah program yang menyediakan perangkat local cloud khusus bagi sekolah-sekolah tanpa koneksi internet. Jadi, ini adalah program yang berbeda dengan pengadaan Chromebook,” tegas Nadiem.

Baca juga: Djarum Buka Beasiswa Plus 2025 bagi Mahasiswa, Uang Saku Rp 1 Juta Per Bulan

Klarifikasi ini disampaikan Nadiem Makarim di tengah sorotan publik terkait kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook yang menyeret tiga mantan staf khususnya. Kasus ini melibatkan anggaran sebesar Rp 9,982 triliun yang dialokasikan di Kemendikbudristek pada tahun 2019-2022. Kejaksaan Agung telah menjadwalkan pemeriksaan terhadap ketiga stafsus berinisial FH, JT, dan IA pada Selasa (10/6/2025). Kasus ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut.

Penulis terbaik di beritasob